Kompos adalah hasil penguraian
partisial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobic
atau anaerobic (Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energy. Membuat agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
mambuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan
aerasi dan menambahkan bahan activator pengomposan.
Pupuk
kompos mempunyai keunggulan-keunggulan sebagai berikut , (Agromedia, 2010) :
a.
Memperbaiki
struktur tanah. Pupuk kompos yang remah dan gembur akan memperbaiki pH dan
strukturnya.
b.
Memiliki
kandungan unsur mikro dan makro yang lengkap. Tanaman yang kekuraangan salah
satu unsur mikro atau makro akan terhambat pertumbuhannya, bahkan dapat
menyebabkan tanaman tidak bias menyerap unsur hara yang diperlukan.
c.
Ramah
lingkungan. Sesuai slogan “Go Organik 2010”, pemakaian kompos dalam pertanian
atau hobi bercocok tanam yang ramah lingkungan dibandingkan dengan pemakaian
pupuk kimia.
d.
Murah
dan mudah didapat bahkan dapat membuat sendiri
e.
Mampu
menyerap dan menampung air lebih lama dibandingkan pupuk kimia
f.
Membantu
meningkatkan jumlah mikroorganisme pada media tanam, sehingga dapat
meningkatkan unsur hara tanaman.
Proses
pengomposan sampah organik telah
matang dan digunakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Mantariputra, dkk,
2007) :
a.
Bentuk
fisik menjadi hancur
b.
Berwarna
coklat kehitaman
c.
Tidak
berbau busuk (seperti bau tanah)
d.
Volume
menyusut menjadi 1/3 volume awal
e.
Suhu
stabil atau mendekati suhu ruangan
Faktor yang mempengaruhi
proses pembuatan kompos supaya mendapatkan hasil optimal dan berjalan dengan
lancer adalah sebagai berikut
(Mantariputra, dkk, 2007):
a.
Ukuran
bahan
Pemotongan
bahan yang baik untuk proses pengomposan antara 2,5 cm sampai dengan 7,5 cm,
dengan tujuan untuk mempermudah penguraian bahan organik sehingga proses
pengomposan dapat berlangsung dengan cepat.
b.
Pembalikan
Pembalikan
atau pengadukan bahan kompos paling lama satu minggu sekali. Hal ini bertujuan
untuk perataan bahan, asupan oksigen dan mencegah kekeringan.
c.
Penggunaan
inoculant/activator
Activator
adalah mikroba yang dimasukkan ke dalam timbunan bahan baku kompos dengan
tujuan mempercepat waktu pengomposan. Activator dapat berbentuk padat atau
cairan.
d.
Kelembaban
Kelembaban
yang baik pada proses pengomposan antara 50 % - 60 % dan optimal 55 % karena
merupakan kelembaban yang cocok untuk aktivitas mikroba.
e.
Suhu
Peningkatan
suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Suhu optimal dalam
pengomposan berkisar antara 45o C – 55o C, karena suhu
yang kurang menyebabkan bakteri pengurai tidak dapat berkembangbiak dengan
baik. Sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat membunuh bakteri pengurai.
f.
pH
atau derajat keasaman
pH
yang baik untuk proses pegomposan berkisar antara 6,5-7,5 (netral). Biasanya
dalam proses pengomposan ditambahkan kapur tohor atau abu dapur dengan tujuan
untuk menaikkan pH. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
g.
Rasio
C/N (Karbon dan Nitrogen)
Rasio
C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 35-50 karena mikroba
memecah senyawa C sebagai sumber energy dan menggunakan N untuk sintesis
protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk
sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Bagaimana gambaran cara membuat kompos yang sederhana mungkin dapat dilihat melalui video di bawah ini temaaann....