Tampilkan postingan dengan label air sampel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label air sampel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Juni 2011

PEMERIKSAAN TSS dan TDS

Dasar teori :
Zat padat tersuspensi ( TSS= Total Suspended Solid) merupakan residu yang tidak lolos saring, yaitu yang tertahan oleh saringan, sedangkan zat terlarut ( TDS = Total Dissolved Solid ) adalah residu yang dapat melewati saringan. Sifat – sifat kimia dan fisika dari material dalam suspensi, besarnya ukuran pori saringan, luas dan ketebalan saringan, dan jumlah serta keadaan fisik dari material yang terendap paadanya merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemisahan zat padat tersuspensi dan zat padat terlarut.
Alat dan Bahan :
 Gelas kimia/Erlenmeyer
 Kertas saring
 Timbangan
 Oven
 Pinset
 Gelas ukur
 Corong
 Desikator
 Kompor/pemanas
 Pipet gondok

Cara Kerja :
1. Menyediakan Gelas kimia dan kertas saring yang dioven pada suhu 1050 selama 1 jam.Kemudian didesikator selama 15 menit , selanjutnya ditimbang dengan neraca analitik.
2. Mengambil air sampel sebanyak 100 ml, disaring dengan kertas saring ( yang telah diketahui beratnya= a gram), sedangkan filtratnya ( cairan yang lolos saring ) ditampung dalam Gelas kimia ( yang telah diketahui beratnya = b gram ).
3. Membilas kertas saring dengan aquadest sebanyak 5 ml, dioven dengan suhu 1050 selama 1 jam, selanjutnya didesikator selama kurang lebih 15 menit, lalu ditimbang dan dicari berat konstannya ( a’ gram ).
4. Filtrate yang di dalamnya terdapat filtrat dipanaskan di kompor pemanas sampai volumenya tinggal 5 ml.
5. Gelas kimia diven dengan suhu 1050 C sselama 1 jam, lalu didesikator dan ditimbang ( b’ gram ).


Hasil Pengamatan :

TSS = × ( a’ - a) gram × 103 = ….

× ( 0,3045 – 0,3017 )× 103 = 28

TDS = × ( b’ – b ) × 103 = ….

= × ( 72, 8345 – 72, 2508 )× 103 = 5837


Keterangan :
Berat gelas kimia pertama penimbangan ( b ) = 72, 2508 gram
Berat kertas saring pertama penimbangan ( a ) = 0,3017 gram
Berat Gelas kimia penimbangan kedua ( b’ ) = 72, 8345 gram
Berat kertas saring penimbangan kedua ( a’ ) = 0,3045 gram

Pembahasan
Dalam pemeriksaan TSS dan TDS ini, pengovenan bertujuan untuk menghilangkan kelembaban. Kertas saring dibilas dengan aquadest untuk mengurangi filtrat yang tertinggal pada kertas saring. Dalam penimbangan, harus ditunggu samapi beratnya konstan atau tidaak berubah – ubah. Pengambilan kertas saring atau gelas kimia dari oven tidak boleh dengan tangan langsung , karena dapat mempengaruhi beratnya. Sebaiknya menggunakan tissue atau pinset untuk mengambil kertas saring atau gelas kimia tersebut. Dalam percobaan ini kami mengganti alat gelas kimia dengan Erlenmeyer kecil. Pada pengovena Erlenmeyer yang kedua yaitu kurang lebih kami lakukan selama 2 jam. Air sampel yang dipergunakan berasal dari air selokan.Selanjutnya, hasil penimbangan kertas saring dan gelas kimia yang pertama dan kedua / terakhir digunakan dalam penghitungan kadar TSS dan TDS.
Kesimpulan
• Dari pemeriksaan TDS diperoleh kadarnya sebanyak 5837 melebihi dari kadar maximumnya yaitu 1000 sesuai Kepmenkes RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002.
• Pemeriksaan TSS diperoleh kadarnya sebanyak 28 .

PEMERIKSAAN COD(Dissolved Oxygen Demand)

Dasar teori :
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) yaitu jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Angka yang ditunjukkan COD merupakan ukuran bagi pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih. Adapun reaksi yang terjadi:
CaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + 2 Cr3+
Zat organis Ag2SO4 warna hijau
Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercapat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang umumnya terdapat di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis hampir teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 yang sesudah direfluks masih harus tersisa. K2Cr2O7 yang tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan bebrrapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Indikator ferroin yang digunakan akhir titrasi yitu saat warna hijau – biru larutan menjadi coklat – merah.
Analisis COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antar angka COD dengan angka BOD dapat ditentukan, seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan Rata – Rata Angka BOD5/COD
Untuk Beberapa Jenis Air
Jenis Air BOD5/COD
-Air buangan domestik(penduduk)0,40 – 0,60
-Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60
-Air buangan setelah pengolahan secara biologis 0,20
- Air sungai 0,10
Dalam analisa COD, kadar klorida (Cl-) sampai 2000 mg/l di dalamn sampel dapat menjadi gangguan karena dapat menjadi ganguan karena dapat mengganggu kerjanyakualitas Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasioleh dikromat, sesuai dengan reaksi berikut:
6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ → 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O
Gangguan ini dapat dihilangkan dengan penambahan HgSO4 pada sample.
Adapun keuntungan dengan penambahan tes COD dibandingkan tes BOD5, antara lain:
- memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari;
- Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran;
- Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD5;
- Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja.
Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.


Alat dan Bahan :
 COD reactor
 Tabung COD
 Peralatan titrasi dengan buret asam
 Labu Erlenmeyer
 Gelas ukur, pipet ukur
 Sendok penyu

Cara Kerja :
 Alat-alat dicuci/dibilas dengan aquadest.
 Ambil 2 tabung COD
Masing-masing tabung diisi :3 ml H2SO4 pro COD
1,00 ml K2Cr2O7
Sepucuk sendok kecil H2SO4
 Ditutup rapat, digojok.
 Diinkubasi dalam COD reactor selama 2 jam
 Dinginkan
 Tuang larutan ke Erlenmeyer,lalu tabung dibilas aquadest 10ml.
 Tambahkan indicator ferroin 3 tetes
 Titrasi dengan FAS 0,1 N sampai warna merah bata/coklat
Hasil Pemeriksaan :
Data titrasi
No Tabung Volume awal Volume akhir ml Titrasi
1 Bl 6 ml 9,2 ml 3,2 ml
2 Sp 9,2 ml 11,4 ml 2,2 ml


Kadar COD =1000/2 x(ml Titrasi bl-ml Titrasi sp)x0,1 NxFx8
=1000/2x(3,2-2,2)x0,1x1x8
=500x1x0,1x1x8
=400 mg/L
Pembahasan
Dalam pemeeriksaan COD ini menggunakan 2 tabung reaksi, yang salah satunya diisi aquades dan tabung lainnya diisi 2 ml air sampel.
 Air sampel dan aquades ditambah 3 ml sepucuk sendok kristal HgSO4 warnanya jernih dan ada endapan kuning.
 Air sampel dan aquades ditambah 3 ml HgSO4 pro COD warnanya menjadi jernih ada endapan.
 Air sampel dan aquades ditambah 1,0 ml K2Cr2O7 0,25 N warnanya menjadi kuning tua dan terasa panas.
Setelah semua dicampur merata dan ditutup, kemudian dipanaskan dalam COD reaktor selama 2 jam tetapi dalam praktek waktunya hanya setengah jam.Dinginkan dengan gelas kimia kecil yang diisi air dan tabung reaksi dimasukkan dalam gelas kimia.Selanjutnya larutan diberi 1 tetes indikator ferroin dan dititrasi dengan fero ammonium sulfat warnanya menjadi coklat kemerahan, titrasi dihentikan dan catat ml titrasinya.
Kesimpulan :
 COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk dekomposisi/degradasi zat organic secara kimiawi melalui reaksi oksidasi dengan O2.
 Dari hasil pemeriksaan di atas, diperoleh kadar COD sebanyak 400 mg/L, lebih tinggi dibandingkan dengan baku mutunya yaitu 150 mg/L.

PEMERIKSAAN CLOR DAN DAYA SERGAP CLOR



Dasar teori :
            Metode yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar klor dalam air yang mendasarkan pemeriksaan nya atas reaksi antara Cl2 dengan orthotoluidin dalam suasana asam kuat membentuk halogonium yang berwarna kuning. Warna kuning ini dibandingkan dengan standar warna dalam kompartor, klor dalam keadaan bebas dalam air hanya membutuhkan waktu kontak dengan orthotoluidin kurang lebih 1 menit, sedangkan Cl2 dalam keadaan terikat membutuhkan waktu sampai 10 menit.
            Penambahan clorin pada air bertujuan untuk menjaga supaya syarat – syarat bakteriologis tterpenuhi atau untuk memperkirakan keadaan fisik, kimia, rasa dan bau air tersebut. Metode pemeriksaan ini sesuai untuk tujuan penentuan jumlah chlorine yang dibutuhkan untuk menghasilkan sisa klor (chlorine residual) yang cukup pada air sumber yang memenuhi persyaratan. Syarat bakteriologis pada umumnya terjamin dengan adanya sedikit kelebihan klorin. Jika larutan dosis clorin atau bahan lain untuk chlorinasi belum distandarisasi, maka hasil tes hanya suatu perkiraan untuk itu, jika diinginkan data – data yang lebih dipercaya hendaklah bahan untuk chlorinasi itu (kaporit) dibakukan atau dicari kadar chlor yang sebenarnya.
Alat dan bahan :
-          tabung reaksi
-          pipet ukur
-          komparator
-          botol
-          tabung ukur
-          air sampel
-          ballpipet
-          orthotoluidin
-          pipet tetes
-          kaporit

Cara kerja :
1.      ambillah dua buah tabung kemudian isilah masing – masing tabung dengan 10 ml air sampel
2.      tambahkan 1 – 2 tetes orthotoluidin pada salah satu tabung reaksi, kemudian masukkan dua tabung tersebut ke dalam komparator.
3.      Bandingkanlah warna tabung dengan status warna dalam komparator dan catat sisa klornya
4.      Untuk pemeriksaan daya sergap klor, sediakan 1 liter air sampel ke dalam botol kemudian tambahkan 1 – 4 ml kaporit 0,2 %
5.      Ambillah 10 ml air sampel dari botol yang kemudian dipindahkan dalam dua tabung reaksi
6.      Tambahkan 1 – 2 tetes orthotoluidin pada salah satu tabung reaksi
7.      Masukkanlah kedua tabung dalam komparator dan bandingkan warna kuning dengan status warna dalam komparator
8.      Catat sisa klornya
9.      Setelah 10 menit, periksa kembali kadar klor dengan cara seperti langkah 5 hingga 8 sampai kadar sisa klor konstan

Hasil pengamatan dan perhitungan :
Sisa klor segera          = 2,0 ppm
Sisa klor 10 menit I     = 0,5 ppm
Sisa klor 10 menit II    = 0,5 ppm

Daya sergap klor        = sisa klor segera – sisa klor konstan
                                    = 2,0 – 0,5
                                    = 1,5 ppm

Pembahasan :
            Pada tahap pertama kami memeriksa sisa klor air sempel yaitu air selokan  dan hasilnya 0 ppm karena tidak ditambahkan kaporit dan memang air selokan tersebut tidak mengandung klor. Kemudian kami menambahkan kaporit sekitar 2,5 ml pada 1 liter air selokan tersebut. Setelah  air sampel ditambahkan ortotoluidin, air berubah warna menjadi kuning. Hal itu menandakan adanya kandungan klor. Pengukuran sisa klor dibantu dengan komparator. Pemeriksaan dilanjutkan setiap 10 menit hingga kadar klor konstan.

Kesimpulan :
Dari pemeriksaan tersebut air sampel mengandung daya sergap klor sebesar 1,5 ppm