Jumat, 03 Juni 2011

PENGENDALIAN MIKROORGANISME SCR FISIK

Radiasi
(i) Radiasi ultraviolet :
Ultraviolet merupakan unsur bakterisidal utama pada sinar matahari
yang meneyebabkan perubahan-perubahan di dalam sel berupa :
- Denaturasi protein
- Kerusakan DNA
- Hambatan repikasi DNA
- Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan
- Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan
merusak penghambatnya di dalam sitoplasma
Lampu ultraviolet dipergunakan untuk :
- Membunuh mikrooganisme
- Membuat vaksin kuman dan virus
- Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat
umum dan laboratorium bakteriologis.
(ii) Radiasi sinar-X dan pengion lainnya :
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih esar untuk menginduksikan
perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini
berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya benang
bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.
Pengeringan
Pengeringaan sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau
menghentikan aktivitas metabolik. Diikuti dengaan maatinya sejumlaah
sel. Pada umumnyaa lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah
pengeringan bervariasi tergantung dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Yaitu :
a. macam mikroorgaanissme
b. Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan
mikroorganisme
c. Kesempurnaan proses pengeringan
d. Kondisi fissik (cahaya, suhu, kelembaban yang dikenakan pada
organisme yaang dikeringkan.
Pengeringan di udara dapat membunuh sebagian besar kuman. Spora
tidak terpengaruh oleh pengeringan, karena itu merupakan cara yang
kurang memuaskan.
Sterilisasi dengan penyaringan
Cara sterilisasi ini berguna untuk larutan antibiotika, serum, larutan
karbohidrat dan lain-lainnya. Dapat juga dipakai untuk memisahkan
kumandari toksin dan bakterifage. Juga dapat dipergunakan untuk menyaring
kuman yang jumlahnya sedikit di dalam suatu cairan.
Kerugian cara penyaringan : virus dan mikoplasma dapat melewati saringan
kuman, oleh sebab itu serum yang telah di saring tidak cukup aman untuk
dipakai didalam klinik karena mungkin masih mengandung virus atau
mikoplasma.
Jenis-jenis saringan kuman ialah :
(i) Tabungporselen misalnya Berkefeld datau Chamberland
(ii) Filter piringan asbes misalnya Seitz
(iii) Filter dari gelas berlubang
(iv) Filter membran atau koloidon
a) Suhu rendah
Suhu rendah tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat perkembangbiakannya. Dengan demikian pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang seiring dengan semakin rendahnya suhu, dan akhirnya di bawah “suhu pertumbuhan minimum” perkembangbiakannya akan berhenti.
Suhu pertumbuhan minimum yang tertera dalam Tabel 1 hanyalah angka perkiraan dan secara eksperimental hanya berlaku untuk beberapa strain dari spesies tertentu dan tidak dapat berlaku umum. Pada penyimpanan bahan makanan dalam suhu beku, proses pembusukan oleh mikroorganisme masih dapat terjadi walau sangat diperlambat. Proses kerusakan baru dapat dihentikan pada suhu di bawah -18°C.
Suhu minimal hanya berlaku bila dalam keadaan lingkungan yang optimal. Adanya perubahan sedikit saja pada nilai aw atau pH telah dapat menyebabkan peningkatan suhu pertumbuhan secara drastis. Contohnya adalah Enterobacter aerogenes yang memiliki suhu pertumbuhan minimal sebesar 5 °C apabila angka aktivitas airnya optimal yaitu di atas 0,97. Pada nilai aw sebesar 0,955 pertumbuhannya berhenti pada suhu sekitar 20 °C , dan pada aw 0,950 pertumbuhan berhenti pada suhu 30 . Pada uji mikroorganisme yang sama, terjadi peningkatan suhu pertumbuhan minimal menjadi 15 °C ketika terjadi penurunan pH dari pH optimal 7 menjadi 3,9. Pada beberapa mikroorganisme, suhu rendah dapat pula menyebabkan aktivitas enzimatik menjadi intensif. Pseudomonas lebih banyak menghasilkan lipase dan proteinase pada suhu di bawah suhu optimum pertumbuhannya.
Pembersihan secara fisik
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap penjamah makanan ketika mengolah dan menyajikan makanan untuk mencegah penularan penyakit menular yaitu: Selalu mencuci tangan sebelum menjamah makanan, minuman dan peralatan. Tangan dapat memindahkan kuman (bibit penyakit) dari sampah, daging mentah, piring kotor ataupun dari kotoran hidung maupun tenggorokan kedalam makanan.
Memotong kuku agar tetap pendek dan tidak menggunakan cat kuku dan selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air hangat. Gosok tangan terutama dibawah kuku selama 20 detik dengan sabun, kemudian bersihkan dengan menggunakan air hangat. Jika tidak ada kertas toilet bisa menggunakan pengering tangan dan tidak boleh menggunakan apron (celemek) atau lap cuci untuk mengeringkan tangan. Pencucian tangan perlu dilakukan kembali setelah menggunakan kamar kecil ataupun setelah kontak dengan cairan tubuh ketika batuk atau bersin. Setelah makan, merokok, memegang daging mentah, membuang sampah atau memindahkan piring kotor.

TERMODINAMIKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Termodinamika dalam bahasa Yunani berarti thermos = 'panas' dan dynamic = 'perubahan' maka termodinamika merupakan fisika energy, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik dimana banyak hubungan termodinamika berasal.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung). Karena alasan ini, penggunaan istilah "termodinamika" biasanya merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam termodinamika adalah proses kuasistatik ,yang diidealkan ,proses "super pelan".
Proses termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam termodinamika tak setimbang. Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah diusulkan bahwa termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik.
Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung kepada rincian dari interaksi atau system yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke system dimana seseorang tidak tahu apapun kecuali perimbangan transfer energy dan wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan riset sekarang ini tentang termodinamika benda hitam

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami hukum – hukum termodinamika
2. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu termodinamika dalam kehidupan sehari – hari



C. Manfaat
Banyak sekali manfaat termodinamika bagi kehidupan sehari – hari salah satunya yaitu pemuaian gas panas dalam suatu mesin diesel, pemuaian gas cair dalm system pendinginan dan langkah kompresi dalam mesin diesel yang menggunakan proses adiabatik,

D. Ruang lingkup
Termodinamika merupakan ilmu fisika yang mempelajari tentang perubahan panas meliputi : proses isobaric, proses isothermal, proses isokhorik, proses adiabatic dan hukum termodinamika awal hingga hukum termodinamika ke – 3 serta siklus termodinamika. Temodinamika juga melibatkan usaha yang di lakukan dan kalor yang disuplai atau hilang dari suatu gas.





















BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian
Termodinamika berasal dari dua kata, yaitu thermal (yang berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan). Maka termodinamika merupakan ilmu mengenai fenomena tentang energi yang berubah – ubah karena pengaliran panas dan usaha yang dilakukan. Misalnya suatu benda dinaikkan suhunya maka timbul pemuaian. Pada proses ini terdapat suatu pemindahan panas dan juga bekerja suatu gaya yang mengalami perpindahan sehingga mengakibatkan terlaksananya suatu usaha.

B. Usaha pada berbagai proses termodinamika
Usaha, yaitu hanya muncul jika terjadi perpindahan energi antara system dan lingkungan . Sistem adalah suatu benda atau keadaan yang menjadi pusat perhatian kita, sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu di luar system yang dapat mempengaruhi keadaan system secara langsung. Apabila antara system dan lingkungan memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energy, maka sistemnya disebut system terbuka. Jika hanya terbatas pada pertukaran energy, maka disebut system tertutup. Sedangkan jika pertukaran meteri maupun energy tidak mungkin terjadi, maka disebut system terisolasi.
Ada beberapa proses yang kita kenal sehubungan dengan usaha yang dilakukan oleh gas berkaitan dengan perubahan suhu, volume, tekanan dan enerdi dalam gas. Proses tersebut yaitu :
1. Proses isobaric
Proses isobaric adalah proses perubahan keadaan system pada tekanan tetap.
















Keterangan :
W = usaha (J)
P = tekanan (atm)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
2. Proses isothermal
Proses isothermal adalah proses perubahan keadaan system pada suhu tetap. Proses ini mengikuti hokum boyle, yaitu PV = konstan. Untuk menghitung usaha yang dilakukan oleh system , kita tentukan dahulu persamaan tekanan sebagai fungsi volume berdasarkan persamaan keadaan gas ideal,yaitu :














Keterangan :
W = usaha (J)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
n = (mol)
R = ketetapan gas umum (8,31 J/mol K)
T = suhu (oK)

3. Proses isokhorik
Proses isokorik adalah proses perubahan keadaan system pada volume tetap (gambar ). Gas tidak mengalami perubahan volume (∆V = 0)









Dari grafik (P –V) di atas diperoleh V1 = V2, maka ∆V = 0. Usaha yang digunakan oleh gas sama dengan nol.



4. Proses adiabatic
Proses adiabatic adalah proses perubahan keadaan system tanpa adanya kalor yang masuk kea tau keluar dari system (gas), yaitu Q = 0 (gambar)











Usaha yang dilakukan oleh gas pada proses adiabatic dapat dinyatakan sebagai berikut :





Keterangan :
W = usaha (J)
T1 = suhu awal (oK)
T2 = suhu akhir (oK)
n = (mol)
R = ketetapan gas umum (8,31 J/mol K)
Proses adiabatic sangat penting dalam bidang rekayasa. Beberapa contoh proses adiabatic adalah pemuaian gas panas dalam suatu mesin diesel, pemuaian gas cair dalm system pendinginan dan langkah kompresi dalam mesin diesel.

C. Hukum awal termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.



D. Hukum I termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energy. Hukum ini menyatakan perubahan energy dalam dari suatu system termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energy kalor yang disuplai ke dalam system dan kerja yang dilakukan terhadap system.



Keterangan :
Q = kalor yang dilepas atau yang diterima oleh system selama perubahan dari keadaan 1 ke keadaan 2
∆U = perubahan energy dalam system
W = usaha luar yang dilakukan oleh system selama perubahan
Contoh soal :
Tabung yang volumenya 2 m3 berisi gas ditekan secara isobaric pada tekanan 6 x 105 Pa sehingga volumenya menjadi 1,5 m3. Akibat tekanan ini, energy dalam gas bertambah 3 x 105 J. Hitung kalor yang dilepas gas?

Jawab:
Q = W + ∆U
= P. ∆V + ∆U
= 6 x 105 x (1,5 – 2) + 3 x 105
= 0 J
Artinya gas tidak melepaskan kalor

1. Perubahan energy dalam (∆U)
Energy dalam merupakan jumlah energy kinetik translasi dari semua atom. Jumlah ini sama dengan energy kinetik rata – rata per molekul dikalikan total molekul.
U = nRT
∆U = U2-U1




Dengan demikian, energy kinetik dalam sebuah gas ideal hanya tergantung pada suhu dan jumlah mol gas dan tidak tergantung dari tekanan dan volume. Dengan kata lain energy dalam system hanya tergantung pada keadaan awal (T1) dan keadaan akhir (T2) saja dan tidak tergantung pada bagaimana proses ini berlangsung.

2. Hukum I thermodinamika pada beberapa proses thermodinamika
a. Proses isobaric
Proses isobaric merupakan proses yang berlangsung pada tekanan tetap. Pada proses isobaric terjadi perubahan energy ∆U karena terjadi perubahan suhu system ∆T.


Keterangan :
∆U = perubahan energy dalam (J)
Q = kalor (J)
P = tekanan (atm)
V2 = volume akhir (m3)
V1 = volume awal (m3)

b. Proses isothermal
Proses isothermal merupakan proses yang berlangsung pada suhu tetap. Berarti, suhu awal gas T1 sama dengan suhu akhir T2 sehingga perubahan energy dalam ∆U = nR(T2-T1) = 0.






Keterangan :
W = usaha (J)
V1 = volume awal (m3)
V2 = volume akhir (m3)
n = (mol)
R = ketetapan gas umum (8,31 J/mol K)
T = suhu (oK)
Q = usaha (J)

c. Proses isokhorik
Pada proses isokhorik merupakan proses yang berlangsung pada volume tetap. Berarti volume awal sama dengan volume akhir sehingga usaha yang dilakukan gas W = P (∆V) = 0





d. Proses adiabatic
Proses adiabatic merupakan proses yang berlangsung dimana tidak ada kalor yang masuk atau keluar dari system (Q = 0). Dari hukum I termodinamika diperoleh hubungan berikut :





E. Hukum II termodinamika
Hukum II thermodinamika membatasi perubahan energy mana yang dapat terjadi dan yang tidak dapat terjadi. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara antara lain :
 Hukum II termodinamika dalam pernyataan aliran kalor (perumusan RJF. Clausius) “ kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya”
 Hukum II termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor (perumusan Kelvin - Planck) “ tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata – mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan mengubah seluruhnya menjadi usaha luar”
 Hukum II termodinamika dalam pernyataan entropi “ total entroppi semesta tidak berubah ketika proses reversible terjadi dan bertambah ketika prosees ireversibel terjadi ”
1. Pengertian entropi
Entropi menyatakan ukuran ketidakteraturan suatu system. Suattu system yang memiliki entropi yang tinggi berarti system tersebut makin tidak teratur.sebagai contoh, jika gas dipanaskan maka molekul – molekul gas akan bergerak secara acak (entropinya tinggi) tetapi jika suhunya diturunkan maka gerak molekulnya menjadi lebih teratur (entropinya rendah). Entropi adalah ukuran banyaknya energy atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha.




Keterangan :
∆S = Entropi ( )
∆Q = perubahan kalor (joule)
T = suhu mutlak (0K)

2. Mesin pendingin
Mesin pendingin merupakan peralatan yang bekerja berdasarkan aliran kalor dari benda dingin ke benda panas dengan melakukan usaha pada system. Contoh lemari es (kulkas) dan pendingin ruangan AC.







F. Hukum III termodinamika
Hukum termodinamika terkait dengan temperature nol absolute. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu system mencapai temperature nol absolute, semua proses akan berhenti dan entropi system akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur Kristal sempurna pada temperature nol absolute bernilai nol.

G. Siklus thermodinamika
Usaha yang dilakukan oleh suatu gas ketika gas tersebut memuai secara isothermal tidak mungkin gas itu memuai terus – menerus untuk melakukan usaha menyerap kalor, sebab proses isothermal itu akan berhenti ketika volum maksimum system telah tercapai. Untuk dapat mengubah kalor menjadi usaha terus – menerus haruslah diupayakan agar gas yang telah melakukan usaha itu dikembalikan ke keadaan awalnya. Proses dari keadaan semula dan kembali lagi ke keadaan semula setelah gas melakukan usaha disebut siklus (daur).
Pada tahun 1824,seorang insinyur berkebangsaan Prancis bernama Sadi Carnot (1796-1832) memperkenalkan metode baru untuk meningkatkan efisiensi mesin berdasarkan siklus usaha yang selanjutnya dikenal sebagai siklus Carnot. Siklus Carnot ini terdiri dari empat proses yaitu dua proses adiabatic dan dua proses isothermal.







Efisiensi nyata (η) dari mesin kalor adalah perbandingan usaha total yang dilakukan oleh mesin selama satu siklus terhadap kalor yang dimasukkan dari sumber bersuhu tinggi di dalam satu siklus. Besarnya kerja yang dapat dilakukan oleh system dibandingkan dengan energy yang diserap, dapat melakukan efisiensi suatu mesin. Efisiensi disefinisikan sebagai :




Persamaan diatas menunjukkan efisiensi mesin secara umum, sedangkan khusus untuk mesin Carnot, persamaannya dapat ditulis menjadi :





Keterangan :
W = usaha yang dilakukan oleh system (joule/J)
Q2 = kalor dilepaskan (joule/J)
Q1 = kalor masuk (joule/J)
T1 = reservoir suhu tinggi (oK)
T2 = reservoir suhu rendah (oK)
η = efisiensi (%)

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN

I.TUJUAN
Mengetahui jumlah kuman pada sampel yang diperiksa.
II.DASAR TEORI
Pengambilan sampel usap alat makan : Angka kuman atau atau angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan adanya mikroorganisme pathogen atau non pathogen menurut pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar pada media penanaman yang diperiksa, kemudian dihitung berdasarkan lempeng dasar untuk standart test terhadap bakteri(M.Maurer,1973).Atau jumlah bakteri mesofil dalam satu millimeter atau satu gram atau satu cm2 usap alat sampel yang diperiksa.Dasar pengujian adalah koloni bakteri aerob setelah ditanam pada media yang sesuai dan dieramkan selama 48 jam suhu 370 C untuk bakteri mesofil dan 550 C untuk bakteri termofil(Sumarno,1991).Pengambilan spesimen dilakukan pada permukaan benda seluas 10 cm2 atau 2 cm x 5 cm.Batas minimal untuk usap alat makan adalah 100/cm2.Standart angka kuman pada linen sebanyak 6x103 spora bacillus per inchi persegi(Dirjen PPM dan PLP,1997).Standart angka kuman untuk minuman sebanyak 105.
III.ALAT DAN BAHAN
• Untuk usap alat makan:
 Piring
 Mika ukuran 10 cm2
 Lidi kapas steril dalam tabung reaksi
 Petridish steril
 Pipet steril
 Oven
 Tabung reaksi
 Lampu spiritus
 Incubator 370 C
 Spidol
 Korek api
 PCA steril
 Pemanas air
• Untuk sampel minuman :
 Minuman (aqua)
 Petridish steril
 Lampu spirtus
 Pipet steril
 Oven
 Korek api

IV.CARA KERJA
A.Usap alat makan
1.Pengambilan sampel usap makan :
 Siapkan piring yang akan diambil sampelnya
 Mika/plastic transparan dilubangi panjang 5 cm lebar 2 cm
 Letakkan plastic tran sparan berlubang dengan luas 10 cm2 pada bagian cekung piring(sebelumnya plastic transparan disteril dahulu dengan alcohol pada seluruh permukaan)
 Lidi kapas steril 1 buah dicelupkan pada PBS agar jangan terlalu basah tempelkan lidi kapas tersebut pada dinding tabung
 Oleskan lidi kapas basah tersebut pada lubang plastic transparan dengan luas 10 cm2
 Masukkan lidi kapas tersebut pada PBS secara aseptic
 Ulangi pengambilan sampel tersebut dengan mengoleskan lidi kapas kering
 Masukkan dalam PBS
 Sampel siap diperiksa
2.Pemeriksaan jumlah kuman
 Disiapkan petridish, lampu spirtus, spidol,sampel, piper steril, dan larutan pengencer 9 ml
 Petridish dan larutan pengencer diberi kode sesuai pengencer missal : 101 102 103 104 105
 Sampel dikocok agar homogeny
 Ambil sampel dengan pipet steril 1ml masukkan ke dalam larutan pengencer dengan kode 101
 Campur sampai homogeny
 Ambil sampel dengan pengencer 101 sebanyak 2 ml, 1 ml dimasukkan ke dalam larutan pengencer kode 102,, 1 ml masukkan ke dalam larutan pengencer 103
 Campur hingga homogeny
 Ambil sampel dengan pengencer 103 sebanyak 1ml dimasukkan ke dalam petridish
 Dibuat kontrol dengan mengisi petridish sebanyak 1 ml larutan pengencer
 Masing-masing petridish ditambah PCA steril cair suhu 45-500 C
 Digoyang pelan-pelan agar pertumbuhan koloni merata
 Tunggu sampai beku
 Eramkan pada incubator 370 C selama 2x24 jam dalam posisi terbalik
 Dibaca koloni yang tumbuh dengan coloni counter
 Catat hasil dan hitung jumlah kumannya
B.Pada minuman
1.Pengambilan sampel minuman
 Siapakan alat
 Sampel dibuka dengan aseptic dengan cara didekatkan lampu spiritus
 Sampel diperiksa
2.Pemeriksaan jumlah kuman
 Disiapkan petridish, lampu spirtus, spidol,sampel, piper steril, dan larutan pengencer 9 ml
 Petridish dan larutan pengencer diberi kode sesuai pengencer missal : 101 102 103 104 105
 Sampel dikocok agar homogeny
 Ambil sampel dengan pipet steril 1ml masukkan ke dalam larutan pengencer dengan kode 101
 Campur sampai homogeny
 Ambil sampel dengan pengencer 101 sebanyak 2 ml, 1 ml dimasukkan ke dalam larutan pengencer kode 102,, 1 ml masukkan ke dalam larutan pengencer 103
 Campur hingga homogeny
 Ambil sampel dengan pengencer 103 sebanyak 1ml dimasukkan ke dalam petridish
 Dibuat kontrol dengan mengisi petridish sebanyak 1 ml larutan pengencer
 Masing-masing petridish ditambah PCA steril cair suhu 45-500 C
 Digoyang pelan-pelan agar pertumbuhan koloni merata
 Tunggu sampai beku
 Eramkan pada incubator 370 C selama 2x24 jam dalam posisi terbalik
 Dibaca koloni yang tumbuh dengan coloni counter
 Catat hasil dan hitung jumlah kumannya
C.Pada lantai
1. Pengambilan sampel usap lantai
 Petri steril dibalik dan pada bagian belakang dari tiap petri diberi kertas label
 lantai diberi plastik transparan yang sudah disterilkan terlebih dahulu pada bagian tengah, kemudian usap bagian tengah yang telah dibatasi oleh plastik transparan tersebut dengan menggunakan lidi kapas
 usapan pertama dengan menggunakan lidi kapas yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam PBS, kemudian usapan kedua dengan menggunakan lidi kapas yang masih kering
 setelah digunakan untuk mengusap, kemudian kedua lisi kapas tersebut dimasukkan ke dalam PBS pada tabung reaksi dan ditutup dengan kapas agar tidak terkontaminasi (inilah yang akan menjadi sampel)
 sample dikocok agar homogen, kemudian dibuat seri pengenceran dari 10-1, 10-2 dan 10-3
 masing-masingh pengencer diambil 1 ml kemudian dimasukkan dalam Petri steril yang sudah disiapkan
 dibuat control dengan cara diambil 1 ml pengencer kemudian dimasukkan ke dalam petridish steril
 masing-masing Petri dituangi media PCA yang telah dicairkan kurang lebih 12-15 ml tiap Petri
 Petri digoyang-gyangkan pada tempat yang rata agar koloni dapat tumbuh secara merata
 setelah membeku diinkubasi pada incubator pada suhu 370C selama 2 x 24 jam
 hitung koloni yang tumbuh dengan koloni counter

V.PENGHITUNGAN
Rumus angka kuman :
(jml.koloni-K)x101+(jml.koloni-K)x102+(jml.koloni-K)x103
3
=………… koloni/cm2 (usap alat)
koloni/ml(minuman)



Hasil pemeriksaan pada minuman :
(276-10)x101+(177-10)x102
2

= 9680 koloni/ml
Keterangan :
 101 = 276
 102 = 177
 103= 0
 Kontrol = 10
Hasil pemeriksaan pada usap alat makan :
Kontrol : 10
Petridish 101 : 367
Petridish 102 : 347
Petridish 103 : 157

= (K1-K)101 + (K2-K)102 + (K3-K)103 = .............koloni/cm2
3
= 3570 + 33700 + 147000 = 184270
3 3
= 61423,3 koloni/cm2
Hasil pemeriksaan pada lantai :
(K1 – K)101 + (K2 – K)102 + (K3 – K)103
3 =

(228-10)101 + (220-10)102 + (186-10)103 =
3
218+21000+176000 = 65739,33 koloni/cm3
3
VI.PEMBAHASAN
• Pertumbuhan koloni bakteri pada pengencer yang tinggi diperoleh angka kuman yang tinggi, jadi semakin rendah tingkat pengencerannya maka akan diperoleh nilai angka kuman yang semakin rendah pula.
• Dan perhitungan pada kontrol yang seharusnya tidak terdapat kuman, karena dalam kontrol hanya terdapat pengencer steril yang tidak ditumbuhi atau ditaburi koloni bakteri. Ternyata masih terdapat angka kuman yang bisa dibilang banyak. Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena adanya kontaminasi pada saat pemeriksaan dan perlakuan.

VII.KESIMPULAN
• Dari pemeriksaan di atas,diperoleh angka kuman pada minuman sebanyak 9680 koloni/ml
• Hasil pemeriksaan pada sampel alat makan adalah 61423,3 koloni/cm2
• Pada pemeriksaan sampel usap lantai diperoleh jumlah kuman sebanyak 65739,33 koloni/cm3

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat pengambilan sampel dengan baik dan benar
3. Mahasiswa mampu menggunakan metode dan cara pengambilan sampel dengan benar

B. DASAR TEORI
Macam – macam sampel air :
1. Sampel air kran
2. Sampel sumur gali
3. Sampel sungai
4. Sample kolam renang
5. Sample mata air / sumber
6. Sample danau / rawa – rawa
7. Sampel limbah
Sampel air yang diambil harus dalam keadaan steril. Hal ini dimaksudkan agar air yang diambil mengandung bakteri yang murni berasal dari air tersebut, sehingga diperlukan teknik- teknik pengambilan air sampel yang benar.

C. ALAT dan BAHAN
- Botol sampel dengan tali dan pemberat
- Botol sampel tanpa tali dan pemberat
- Kruistang
- Spiritus / alkohol
- Alat tulis
- Korek api
- Kertas label / etiket
- Tas sampling
- Kapas
- Benang kenur


D. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, kami hanya melakukan praktek pengambilan sampel air sungai di lingkungan Poltekkes. Kami hanya menggunakan botol dengan tali dan pemberat, botol yang kami gunakan sebelumnya sudah disterilkan . Kemudian botol dapat digunakan untuk pengambilan sampel air sungai. Kertas pembungkus dibuka dan tangan tidak boleh menyentuh pembukaan botol. Tutup botol dibuka kemudian mulut botol dibakar dengan kruistang yang ujungnya dibalut kapas dan spiritus kemudian dibakar. Botol ditenggelamkan minimal 25 cm dari permukaan air sungai. Air di ambil sebanyak 2/3 dari volume botol. Sebelum ditutup kembali, mulut botol disterilkan terlebih dahulu dengan cara yang sama yaitu dibakar menggunakan kruistang yang diberi kapas dan spiritus/alkohol yang tersulut api.
Botol yang sudah steril diberi label atau etiket dengan data sebagai berikut:
- Nama Pengirim
- Alamat Pengirim
- Tanggal Pengiriman
- Jenis Sampel
- Asal Sampel
- Jenis Pemeriksaan
setelah diberi etiket, botol dibungkus kembali dengan kertas sampul secara rapi dan siap untuk diperiksa.

E. KESIMPULAN
- Sebelum dan sesudah pengambilan air sampel, botol yang digunakan harus steril
- Jenis air sampel ada tujuh yaitu sampel air kran, sampel sumur gali, sampel ar sungai, sapel kolam renang, sampel mat air/sumber, sampel danau/rawa-rawa, sampel air limbah














PEMERIKSAAN MPN (Most Probable Number) COLIFORM dan E. COLI



A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kualitas air terhadap pencemaran E.Coli
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan E.Coli pada air kran

B. DASAR TEORI
Pemeriksaan bakteriologis air bersih ditujukan untuk melihat adanya kemungkinan pencemaran oleh kotoran maupun tinja. Bakteri yang termasuk jenis coliform antara lain Eschericia coli, Aerobacter aerogenes, dan Eschericia freundii. Sifat bakteri golongan coliform adalah berbentuk batang, tidak dapat membentuk spora, gram negatif, hidup aerob atau anaerob fakultatif, dan dapat meragikan laktosa dengan membentuk gas.
Pada pemeriksaan indikator pencemar air (pemeriksaan MPN) ada 3 teknik dasar, yaitu: uji pendugaan/presumptive test, uji penetapan/comfirmed test, dan uji lengkap/complete test. Test dugaan pada pemeriksaan air ada 2 jenis ragam, yaitu: Ragam 5: 1 : 1, yang digunakan untuk memeriksa sample yang telah mengalami pengolahan misalnya air mineral dalam kemasan dan air PDAM. Serta Ragam 5 : 5 : 5 yang digunakan untuk sample yang belum mengalami pengolahan misalnya air kolam atau air sungai.
C. ALAT dan BAHAN
1. Alat
 Inkubator
 Rak kayu
 Lampu spiritus
 Tabung reaksi
 Tabung durham
 Ose tumpul

2. Bahan
 Sampel air kran
 Media lactosa bort single strenght
 Media lactosa bort triple strength
 Media BGLB

D. HASIL PENGAMATAN
No Hari dan Tanggal pengamatan Jumlah tabung (+) gas keterangan
10 ml 1 ml 0,1 ml
1 Jumat , 3 Desember 2010 5 0 0 Menggunakan ragam 5 : 1 : 1
2 Senin, 6 Desember 2010 0 0 0

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini kami menyiapkan 5 tabung reaksi yang sudah diisi dengan lactosa bort triple strength dan didalam tabung juga terdapat tabung durham, 2 tabung reaksi yang diisi lactosa bort single strength dan didalam tabung juga terdapat tabung durham. Mengambil sampel air kran kemudian masukkan air tersebut ke dalam 5 tabung reaksi lactosa bort triple strength yang masing – masing tabung diisi 10 ml dengan menggunakan pipet ukur, 1 tabung lactosa bort single strength sebanyak 1 ml dan 1 tabung lactosa bort single strength sebanyak 0,1 ml atau 2 tetes air sampel. Campur air sampel dengan cara digojok perlahan. Kemudian masing – masing tabung reaksi diletakkan pada rak kayu dan diberi kode/label dan ditutup dengan kapas, diletakkan pada gelas kimia dan kemudian diikat menjadi satu lalu pada bagian atas gelas kimia dibungkus dengan kertas sampul coklat. Selanjutnya dieramkan/diinkubasi pada suhu 37 0C selama 48 jam atau 2 hari.
Setelah 2 hari diinkubasi, 5 tabung lactosa bort triple strength terdapat gelembung udara atau terdapat gas, itu berarti positif terdapat bakteri. Sedangkan tabung 1 ml dan tabung 0,1 ml tidak terdapat gas, itu berarti negative terdapat bakteri. Perlakuan selanjutnya adalah tes penegasan, 5 tabung yang positif masing – masing diambil sampelnya menggunakan ose tumpul ke tabung yang berisi BGLB steril, kemudian sampel diinkubasi selama 24 jam pada suhu 44 0C.

F. KESIMPULAN
- Air kran yang berasal dari air PDAM tidak mengandung bakteri Eschericia coli
- Pemeriksaan MPN melalui tahapan pendugaan dan tahapan penegasan

INOKULASI DAN ISOLASI BAKTERI

I.TUJUAN
Dapat mengetahui dan mampu melakukan teknik-teknik mengisolasi/inokulasi bakteri di berbagai media.
II.DASAR TEORI
A.Penanman pada media padat bentuk plate
Tujuan :
• Untuk mengisolasi /memisahkan pertumbuhan bakteri satu dengan yang lainnya (yang ditanam spesimen).
• Untuk memperbanyak bakteri (yang ditanam culture bakter atau koloni bakteri).
• Untuk menghitung jumlah kuman (yang ditanam,suspense sampel).
Cara penanaman :
1.Goresan sejajar : isolasi
 Ose dibakar sampai steril, didinginkan.
 Dengan ose yang sudah steril diambil sample atau baktri culture, dipulaskan di salah satu sisi/tepi media, jangan menyentuh dinding petridish.
 Dengan ose steril yang lain, pulaskan itu digoreskan sejajar sampai memenuhi permukaan media.
2.Goresan sejajar melingkar : isolasi
 Ose dibakar sampai steril,didinginkan.
 Dengan ose yang sudah steril diambil sample atau bakteri culture, dipulaskan di salah satu sisi/tepi media, jangan menyentuh dinding petridish.
 Dengan ose steril yang lain, pulaskan itu digoreskan sejajar sampai memenuhi permukaan media.
 Ose dibalik untuk melanjutkan goresan-goresan sejajar pertama, setelah medianya diputar 900.
 Media diputar 900, goresan-goresan sejajar ketiga digoreskan lagi dengan ose yang sudah dibalik, sampai memnuhi permukaan media plate.

3.Cara taburan : isolasi dan memperbanyak
 Suspensi sample, sample cair atau kultur bakteri di dalam media cair diambil dengan pipet steril sebanyak 0,1 ml ditetskan di permukaan media plate tepat di tengah-tengahnya.
 Dengan menggunakan spatel yang terbuat dari kawat /kaca yang sudah steril dan dingin,tetesan itu diratakan pada seluruh permukaan media plate.
4.Cara penuangan : penghitungan
 Suspensi sample cair diteteskan ke dalam petridish steril sebanyak 0,1 ml atau 1 ml secara steril.
 Dituangi media padat steril yang dicairkan sebanyak sampai menutupi semua permukaan dasra petridish.
 Campur baik-baik tunggu sampai agar-agarnya membeku.
 Dibalik, masuk incubator 370 C 48 jam.
Catatan : media yang digunakan dari jenis bakteri yang dihitung.
Pembacaan :
 Pertumbuhan bakteri pada media padat disebut koloni yaitu kelompokan-kelompokan bakteri yang tumbuh pada media tersebut.
 Koloni pada media padat dengan tujuan isolasi dapat dibedakan berdasarkan kriteria sbb :
1. Ukuran : diukur berapa diameternya dengan satuan mm.
2. Warna : putih, kuning, hitam, hijau, merah,dsb.
3. Bentuk : bulat, serabut, bergelombang, rizhoid dsb.
4. Permukaan : datar, cembung, cekung, kasr, halus.
5. Sifatnya : keruh, jernih, kering, berlendir, melekat pada pembenihan, menjalar, haemolytis, anhaemolytis.

B.Penanaman pada media padat di dalam tabung bentuk miring
Tujuan :
• Memperbanyak koloni bakteri
• Identifikasi
• Menyimpan bakteri
Cara pananman :
1.Goresan zig zag
 Dengan ose steril dan dingin, diambil koloni bakteri.
 Tutup tabung media dibuka dengan menjapit menggunakan jari kelingking kanan, mulut tabung dibakar dengan nyala api tidak berjelaga.
 Ose yang sudah berisi koloni bakteri digoreskan zig zag pada permukaan media, betul-betul ditengan media tidak terlalu ke bawah/atas juga tidak terlalu ke kiri/ ke kanan.
 Mulut tabung dibakar lagi, segera ditutup.
 Ose dibakar lagi sampai steril.Contoh media Nutrien Agar (NA)
2.Goresan zig zag ditusuk :
Pelaksanaan penanamannya seperti no.1 dengan perbedaan sebagai berikut : untuk c setelah digoreskan zig zag kemudian ditusukkan di tengah-tengah 1 sampai 2 kali.Contoh : media Triple Sugar Iron Agar (TSIA).
Penbacaan :
Koloni yang tumbuh diperhatiakan kemurniannya dahulu.Kemudian dibaca perubahan-perubahan yang terjadi pada media itu dengan atau tanpa penambahan reagensia.
C.Penanaman pada media semi solid di dalam tabung
Tujuan :
• Mengidentifikasi bakteri
• Menyimpan bakteri
Cara menanam :
 Ose jarum penanam disterilkan dan didinginkan.
 Dengan ose itu diambil koloni bakteri
 Tutup tabung dibakar sebentar, ose yang sudah ada koloni bakterinya ditusukkan tegak lurus di permukaan bagian tengah sampai dasar tabung
 Mulut tabung dibakar lagi dan ditutup kembali, begitu pula ose dibakar dan disterilkan kembali.
Pembacaan :
Koloni yang tumbuh diperhatiakn kemurniannya dahulu, kemudian dibaca perubahan-perubahan yang terjadi pada media itu.
D.Penanaman pada media cair
Tujuan :
• Memperbanyak kultur bakteri
• Melihat gerak bakteri
• Identifikasi
Cara menanam :
 Ose dibakar sampai steril, dididnginkan.
 Dengan ose steril dan dingin, diambil koloni bakteri.
 Tutup tabung media dibuka, mulutnya dibakar
 Ose berisi koloni bakteri digoreskan pada dinding tabung bagian dalam sebelah atas yang tadinya tertutup oleh cairan media.
 Mulut tabung dibakar, tutp kembali.ose bekas pakai juga dibakar sampai steril.Setelah tabung diletakkan pada raknya,goresan bakteri akan terendam cairan media.
Pembacaan :
Kalau bakteri yang ditanam dapat tumbuh di dalam media cair itu, medianya menjadi keruh.Kalau tidak tumbuh, medianya tetap jernih.Apabila bakteri ditanam di dalam media yang untuk identifikasi, disamping kekeruhan dapat juga diikuti perubahan warna indikatornya yang merupakan pertanda adanya perubahan/pemecahan gula/bahan kimia yang terkandung di dalam media itu.
III.ALAT DAN BAHAN
• Ose tusuk
• Ose tumpul
• Lampu spirtus
• Rak tabung reaksi
• Petridish
• Media TSIA
• Media SIM
• Media SC
• Media Nutrien Agar
• Media MC
• Spesimen/biakan
IV.CARA KERJA
1.Inokulasi pada media TSIA(Triple Sugar Iron Agar)
 Biakan bakteri campuran/specimen diambil dengan ose tusuk(disterilkan dahulu)
 Tanamkan pada media TSIA dengan cara digoreskan secara zig zag pada permukaan media, kemudian ditusukkan 2-3 kali hingga dasar tabung
 Ose dicabut, mulut tabung reaksi dibakar, disumbat dengan kapas/ditutup
 Ose disterilkan
 Media TSIA yang sudah ditanami bakteri segera dieramkan dalam incubator suhu 370 C selama 24 jam
2.Inokulasi pada media SIM (Sulfur Indol Motelyti)
 Sterilisasi ose tusuk, untuk mengambil sspesimen bakteri
 Tanamkan pada media SIM langsung ditusukkan 1 kali di tengah media sampai dasar tabung
 Ose dicabut kembali (lewat bekas tusukan)
 Mulut tabung disterilkan kemudian ditutup
 Ose disterilkan
 Media SIM yang sudah ditanami bakteri dieramkan ke dalam inkubator 370C selama 24 jam
3.Inokulasi pada media SC(Simon Citrate)
 Biakan bakteri campuran/specimen, diambil dengan ose tumpul
 Tanamkan pada media SC dengan cara digoreskan zig zag pada permukaan media, kemudian ditusukkan 2-3 kali hingga dasar tabung
 Ose dicabut, mulut tabung reaksi dibakar, disumbat dengan kapas
 Ose disterilkan
 Media SC yang sudah ditanami bakteri, segera dieramkan dalam incubator suhu 370C selama 24 jam
Isolasi Bakteri
1.Metode cawan tuang :
 Tbung NA/PCA dan petridish steril diberi kode
 Diambil 1-2 ose biakan campuran, dengan ose tumpul yang telah disterilkan sebelumnya
 Tanamkan pada media NA/PCA(dalam tabung reaksi yang dalam kondisi cair,hangat-hangat kuku)
 Dicampur hingga homogen dengan menggunakan telapak tangan
 Dari tabung yang telah ditanami di atas, diambil 1-2 ose ditanamkan ke tabung NA/PCA cair yang lain
 Dicampur sampai homogen
 Dari kedua tabung tersebut masing-masing ditanam/dituang ke petridish steril sesuai kode masing-masing
 Petridish digoyang-goyangkan supaya campur secara homogeny
 Tunggu sampai dingin/membeku
 Petridish dibalik kemudian dieramkan pada incubator suhu 370 C selam 24 jam
 Semua dilakukan dengan aseptic
2.Metode cawan gores kuadran
 Disiapkan media MC Agar Plate steril
 Diberi tanda berupa garis-garis pada petridish bagian luar
 Diambil biakan campuran dengan ose tumpul yang steril
 Tanamkan pada bagian pinggir petridish/pada ujung media
 Tunggu pulasan mengering
 Dilanjutkan dengan penanaman berikutnya dengan cara digoreskan berurutan

V.KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan diatas kita dapat mengetahiu berbagai teknik transfer aseptis
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaab teknik inokulasi dengan tekni transfer aseptis yang lain.

PEMERIKSAAN TSS dan TDS

Dasar teori :
Zat padat tersuspensi ( TSS= Total Suspended Solid) merupakan residu yang tidak lolos saring, yaitu yang tertahan oleh saringan, sedangkan zat terlarut ( TDS = Total Dissolved Solid ) adalah residu yang dapat melewati saringan. Sifat – sifat kimia dan fisika dari material dalam suspensi, besarnya ukuran pori saringan, luas dan ketebalan saringan, dan jumlah serta keadaan fisik dari material yang terendap paadanya merupakan faktor penting yang mempengaruhi pemisahan zat padat tersuspensi dan zat padat terlarut.
Alat dan Bahan :
 Gelas kimia/Erlenmeyer
 Kertas saring
 Timbangan
 Oven
 Pinset
 Gelas ukur
 Corong
 Desikator
 Kompor/pemanas
 Pipet gondok

Cara Kerja :
1. Menyediakan Gelas kimia dan kertas saring yang dioven pada suhu 1050 selama 1 jam.Kemudian didesikator selama 15 menit , selanjutnya ditimbang dengan neraca analitik.
2. Mengambil air sampel sebanyak 100 ml, disaring dengan kertas saring ( yang telah diketahui beratnya= a gram), sedangkan filtratnya ( cairan yang lolos saring ) ditampung dalam Gelas kimia ( yang telah diketahui beratnya = b gram ).
3. Membilas kertas saring dengan aquadest sebanyak 5 ml, dioven dengan suhu 1050 selama 1 jam, selanjutnya didesikator selama kurang lebih 15 menit, lalu ditimbang dan dicari berat konstannya ( a’ gram ).
4. Filtrate yang di dalamnya terdapat filtrat dipanaskan di kompor pemanas sampai volumenya tinggal 5 ml.
5. Gelas kimia diven dengan suhu 1050 C sselama 1 jam, lalu didesikator dan ditimbang ( b’ gram ).


Hasil Pengamatan :

TSS = × ( a’ - a) gram × 103 = ….

× ( 0,3045 – 0,3017 )× 103 = 28

TDS = × ( b’ – b ) × 103 = ….

= × ( 72, 8345 – 72, 2508 )× 103 = 5837


Keterangan :
Berat gelas kimia pertama penimbangan ( b ) = 72, 2508 gram
Berat kertas saring pertama penimbangan ( a ) = 0,3017 gram
Berat Gelas kimia penimbangan kedua ( b’ ) = 72, 8345 gram
Berat kertas saring penimbangan kedua ( a’ ) = 0,3045 gram

Pembahasan
Dalam pemeriksaan TSS dan TDS ini, pengovenan bertujuan untuk menghilangkan kelembaban. Kertas saring dibilas dengan aquadest untuk mengurangi filtrat yang tertinggal pada kertas saring. Dalam penimbangan, harus ditunggu samapi beratnya konstan atau tidaak berubah – ubah. Pengambilan kertas saring atau gelas kimia dari oven tidak boleh dengan tangan langsung , karena dapat mempengaruhi beratnya. Sebaiknya menggunakan tissue atau pinset untuk mengambil kertas saring atau gelas kimia tersebut. Dalam percobaan ini kami mengganti alat gelas kimia dengan Erlenmeyer kecil. Pada pengovena Erlenmeyer yang kedua yaitu kurang lebih kami lakukan selama 2 jam. Air sampel yang dipergunakan berasal dari air selokan.Selanjutnya, hasil penimbangan kertas saring dan gelas kimia yang pertama dan kedua / terakhir digunakan dalam penghitungan kadar TSS dan TDS.
Kesimpulan
• Dari pemeriksaan TDS diperoleh kadarnya sebanyak 5837 melebihi dari kadar maximumnya yaitu 1000 sesuai Kepmenkes RI nomor 907/MENKES/SK/VII/2002.
• Pemeriksaan TSS diperoleh kadarnya sebanyak 28 .

PERMANGANOMETRI

Dasar teori :
Permanganometri merupakan analisa titrimetri yang berdasarkan reaksi reduksi oksidasi (redoks) untuk tujuan penetapan kadar zat-zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar Kalium Permanganat.Kalium Permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung dari susunan pH larutannya.Biasanya titrasi dilakukan dalam suasana asm dengan cara langsung yang dapat dioksidasi seperti Fe2+,H2O2, asm atau garam oksalat yang dapat larut.Kristal KMnO4 untuk pembuatan larutan sering sudah terkontaminasi oleh MnO2, disamping itu MnO2 jga mudah terbentuk dalam larutan, karena adanya berbagai bahan organic.Oleh karena itu, pada pembuatan larutannya sesudah Kristal larut sebaiknya larutan dipanaskan untuk mempercepat oksidasi zat-zat organic.Umumnya titrasi oksalat oleh KMnO4 berlangsung pada larutan yang sudah dipanaskan sampai sekitar 60-700 C dengan penambahan KMnO4 tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lambat.Titrasi yang terlalu cepat cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ (kesadahan positif), sedang bila terlalu lambat mungkin terjadi kehilanghan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air (kesadahan negatif).Menurut Permenkes RI nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air minum bahwa parameter zat organic (KMnO4) di dalam air minum yang diperbolehkan mempunyai kadar maksimum 10 mg/L.
Prinsip :
a. Zat organik + KMnO4 (berlebih) merah
b. Sisa asam(KMnO4) + asam oksalat (berlebih) tidak berwarna
c. Sisa asam + titran + KMnO4 merah tipis
Alat dan Bahan :
 Labu Erlenmeyer
 Batu didih
 Pipet tetes
 Buret asam atau buret basa
 Corong kaca
 Pipet gondok
 Statif




Cara Kerja :
I.Mencuci labu Erlenmeyer(2 kali)
 Mengambil 50 ml aquadest dan 2,5 ml H2SO4 4 N BZO, ditambah beberapa tetes KMnO4 0,01 N hingga berwarna merah tipis.Kemudian menambahkan 3 buah batu didih.Didididhkan selama kurang lebih 10 menit, lalu cairanndibuang.Bilas dengan aquadest.

II.Pemeriksaan zat organic (2 kali)
 Mengambil 100 ml sampel (air kran) dan 5 ml H2SO4 4 N BZO, beberapa tetes KMnO4 0,01 N hingga berwarna merah tipis.Kemudian dididihkan selama kurang lebih 10 menit lalu tambahkann10,00 ml KMnO4 0,1 N.
 Jika larutan tidak berwarna, ulangi dengan sampel yang diencerkan.
 Jika tetap merah, ditambahkan asam oksalat 10,00 ml dalam kondisi panas hingga tidak berwarna.
 Titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai warna rose tipis.Catat ml titrasinya.

Hasil Pengamatan :
No Volume awal Volume akhir Volume titrasi
1 0 ml 3,6 ml 3,6 ml
2 3,6 ml 7,3 ml 3,7 ml

Volume rata-rata titrasi = 3,65 ml
Kadar zat organik :
1000/100 (10+ml T)xF KMnO4-(10xF asam oksalat)xBE KMnO4x0,01
=10(13,65-10x31,6x0,01)
=10(3,65x31,6x0,01)
=11,534 mg/L sbg KMnO4
Pembahasan
Pembuatan larutan KMnO4 0,01 N 1 Liter tetapi dalam praktek ini hanya menggunakan larutan KMnO4 0,01 N yang berbentuk cair sebanyak 50 ml, sehingga dapat langsung diencerkan dengan aquades, tidak perlu dipanaskan dan tidak perlu disaring dengan glass wool.Larutan ini berwarna kelam.Setelah digojok bolak balik hingga homogen larutan disimpan dalam botol reagen warna gelap/coklat.
Standarisasi larutan KMnO4 0,01 N (dengan H2C2O4.2H2O), asam oksalat dihidrat yang dilarutkan dengan aquades yang ditambah H2SO4 4 N bebas zat organik, dipanaskan hingga mendidih setelah itu dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai timbul warna merah sangat muda.
Pemeriksaan sampel menggunakan air kran, setelah ditambah larutan KMnO4 sampai berwarna rose tipis.Dalaam percobaan ini tidak perlu dipanaskan tapi langsung ditambah dengan larutan KMnO4 10 ml, dipanaskan lagi dan ditambah lagi larutan asam oksalat, tidak perlu dipanaskan lagi, titrasi dengan KMnO4 sampai warna merah sangat tipis stabil.
Kadar titrasi zat ini termasuk kesalahan positif karena titrasi oksalat oleh KMnO4 terlalu cepat yang cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4 dengan Mn2+.Ini berarti tetesan larutan KMnO4 harus diberikan secepat mungkin setelah tetsan sebelumnya telah lenyap warnanya.

Kesimpulan :
 Dari percobaan di atas diperoleh kadar zat organic yang tinggi yaitu11,534 mg/L sbg KMnO4.
 Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 416/Menkes/per IX/1990 menyatakan bahwa kadar maksimum zat organic sebanyak 10 mg/L dalam air minum.

SPEKTOFOTOMETRI DAN PENENTUAN KADAR BESI (Fe) TOTAL

Dasar teori :
Intensitas warna dari suatu larutan berubah – ubah karena perubahan konsentrasi komponen – komponennya yang kemudian intensitas warna tersebut dibandingkan dengan intensitas warna dari suatju larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.Prinsip tersebut dipakai sebagai dasar analisa kolorimetri – spektofotometri.Adanya warna larutan, biasanya disebabkan oleh pembentukan senyawa berwarna dengan penambahan suatu pereaksi atau dapat juga merupakan warna asli dari senyawa tersebut.
Kolorimetri merupakan penetapan konsentrasi zat dengan mengukur sinar yang diserap oleh zat tersebut.Umumnya penetapannya dikerjakan dengan alat yang sederhana yang disebut kolorimeter atau komparator warna.Kolorimeter yang dilengkapi dengan fotometer/fotoelektris sebagai pengganti mata untuk pengamatan intensitas warna disebut kolorimeter fotolistrik/kolorometer fotoelektris.Alat ini biasanya menggunakan sinar yang terdiri atas panjang gelombang tertentu yang diperoleh dengan filter fotometer.Filter ini merupakan alat untuk membuat sinar polikromatik menjado monokromatik.Kecuali filter, fungsi yang sama dimiliki oleh prisma, yaitu sinar putih diuraikan menjadi berbagai sinar berwarna ( pelangi ), sinar mana yang diperlukan dapat dilakukan melalui celah.Oleh karena itu , alat yang mengguanakan spektrum ini disebut spektofotometri
Apabila sinar, baik polikromatik maupun monokromatik mengenai suatu media, maka intensitasnya akan berkurang oleh karena adanya serapan oleh media tersebut dan sebagian kecil dipantulkan dan dihamburkan.
Alat dan bahan
• Alat
Tabung nessler 100 ml
Pipet ukur, pipet tetes
Spektofotometer
Ball pipet
Cara kerja
Pembuatan kurva kalibrasi untuk pemeriksaan Fe metode rhodanida :
1. Dibuat deretan standar Fe mulai dari 0,0;0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1,0 ppm dengan cara :
a. Menyediakan 6 buah tabung Nessler volume 100ml
b. Masing – masing diisi dengan 100 ml aquadest kemudian pada keenam tabung tersebut ditambah dengan larutan standar Fe( 1ml=0,1mg ) masing – masing 0,0 ml;0,2 ml;0,4 ml;0,8 ml;1,0 ml.
c. Pada masing – masing tabung ditambah 2,5 ml H2SO4 4 N dan larutan KmnO4 0,1 N tetes demi tetes sambil digojok sampai berwarna rose tipis stabil.
d. Keenam tabung tersebut ditambah 2,5 ml NH4CNS 20 % masing – masing digojok hingga homogen.
2. Menetapakan panjang gelombang yang akan dipaki untuk pembacaan absorbans pada spektofotometer :
a. Larutan Fe yang berkadar 0,6ppm dilakukan pembacaan absorbans pada berbagaimpanjang gelombang.
b. Dipilih absorbans terbesar yang didapat dari pembacaan itu dengan kata lain dipilih panjang gelombang yang memberikan absorbans terbesar, yang selanjutnyandipakai untuk penetapan Fe seterusnya.
3. Deretan standar Fe yang telah dibuat masing – masing dibaca absorbansinya pada panjang gelombang yang dipilih dengan blangko tabung standar yang berkadar 0,0 ppm.
Dari data absorbans yang diperoleh dibuat grafik hubungan absorbans dan kadar Fe ( ppm ) atau dinyatakan dalam persamaan regresi.
Pemeriksaan Fe total dalam sampel air :
1. Mengambil 100 ml sampel, dimasukkan ke dalam tabung Nessler 100 ml.
2. Menambah 2,5 ml H2SO4 4 N dan tetes demi tetes larutan KmnO4 0,1 N sambil digojok samapai warna rose tipis stabil.
3. Menambah 2,5 ml larutan NH4CNS 20 % dicampur hingga homogen, dibaca absorbansinya pada panjang gelombang yang dipilih dengan blangko tabung standar 0,0 ppm.
4. Absorbans yang didapat dibaca dalam grafik kalibrasi untuk mendapatkan kadar Fe.
Hasil Pengamatan
1. Tabel
Tabel 1
No. Absorbans %T
1 420 0,078 83,7
2 490 0,039 91,5
3 528 0,040 91,2
4 535 0,027 94,0
5 565 0,014 96,7
6 608 0,004 99,0
7 640 0,002 99,5

Tabel 2
λ = 420
No. Sampel ( X ) Abs ( Y ) % T X2 XY
1 0,2 0,028 93,8 0,04 0,0056
2 0,4 0,044 90,5 0,16 0,0176
3 0,6 0,068 85,7 0,36 0,0408
4 0,8 0,092 81,0 0,64 0,0736
5 1,0 0,115 76,7 1,0 0,115
n=5 ∑X = 3,0 ∑Y = 0,0347 ∑X2 = 2,2 ∑XY = 0,2526

2. Penghitungan
Persamaan garis lurus Y = mx+b
m = =
=
=
= 0,111

b = =
=
=
= 0,0028
Jadi, Y = 0,111x + 0,0028
X Y = 0,111x + 0,0028
0,2 0,025
0,4 0,0472
0,6 0,0694
0,8 0,0916
1,0 0,1138


Grafik

( Lampiran )

Pembahasan
Dalam melakukan pemeriksaan Fe ada beberapa langkah yang harus dikerjakan berurutan.Langkah pertama yaitu membuat kurva kalibrasi untuk periksaan Fe metode Rhodanida dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat deretan standar Fe mulai dari 0,0;0,2;0,4;0,6;0,8; dan 1,0 ppm
2. Menetapkan panjang gelombang yang akan dipakai untuk pembacaan absorbans pada spektofotometer
3. Membaca absorbansinya lalu dibuat grafik hubungan absorbans dan kadar Fe ( ppm )
Langkah kedua yaitu memeriksa Fe total dalam sampel air.Pada percobaan yang kami lakukan, pada saat pemeriksaan sampel air menggunakan spektofotometer ternyata alat tersebut error,itu berarti bahwa kadar air sampel yang diperiksa adalah kurang dari 0,2 ppm.

Kesimpulan
• Dari pemeriksaan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar Fe maka absorbansinya juga tinggi, dan berbanding terbalik dengan transmitasinya.

PEMERIKSAAN COD(Dissolved Oxygen Demand)

Dasar teori :
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) yaitu jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam sampel air dimana peoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
Angka yang ditunjukkan COD merupakan ukuran bagi pencemaran air dari zat-zat organik yang secara alamiah dapat mengoksidasi melalui proses mikrobiologis dan dapat juga mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih. Adapun reaksi yang terjadi:
CaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + 2 Cr3+
Zat organis Ag2SO4 warna hijau
Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercapat reaksi. Sedangkan merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida yang umumnya terdapat di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis hampir teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 yang sesudah direfluks masih harus tersisa. K2Cr2O7 yang tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan bebrrapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan ferro amonium sulfat (FAS). Indikator ferroin yang digunakan akhir titrasi yitu saat warna hijau – biru larutan menjadi coklat – merah.
Analisis COD berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antar angka COD dengan angka BOD dapat ditentukan, seperti pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbandingan Rata – Rata Angka BOD5/COD
Untuk Beberapa Jenis Air
Jenis Air BOD5/COD
-Air buangan domestik(penduduk)0,40 – 0,60
-Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60
-Air buangan setelah pengolahan secara biologis 0,20
- Air sungai 0,10
Dalam analisa COD, kadar klorida (Cl-) sampai 2000 mg/l di dalamn sampel dapat menjadi gangguan karena dapat menjadi ganguan karena dapat mengganggu kerjanyakualitas Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasioleh dikromat, sesuai dengan reaksi berikut:
6 Cl- + Cr2O72- + 14 H+ → 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7H2O
Gangguan ini dapat dihilangkan dengan penambahan HgSO4 pada sample.
Adapun keuntungan dengan penambahan tes COD dibandingkan tes BOD5, antara lain:
- memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari;
- Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran;
- Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD5;
- Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu pendekatan saja.
Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.


Alat dan Bahan :
 COD reactor
 Tabung COD
 Peralatan titrasi dengan buret asam
 Labu Erlenmeyer
 Gelas ukur, pipet ukur
 Sendok penyu

Cara Kerja :
 Alat-alat dicuci/dibilas dengan aquadest.
 Ambil 2 tabung COD
Masing-masing tabung diisi :3 ml H2SO4 pro COD
1,00 ml K2Cr2O7
Sepucuk sendok kecil H2SO4
 Ditutup rapat, digojok.
 Diinkubasi dalam COD reactor selama 2 jam
 Dinginkan
 Tuang larutan ke Erlenmeyer,lalu tabung dibilas aquadest 10ml.
 Tambahkan indicator ferroin 3 tetes
 Titrasi dengan FAS 0,1 N sampai warna merah bata/coklat
Hasil Pemeriksaan :
Data titrasi
No Tabung Volume awal Volume akhir ml Titrasi
1 Bl 6 ml 9,2 ml 3,2 ml
2 Sp 9,2 ml 11,4 ml 2,2 ml


Kadar COD =1000/2 x(ml Titrasi bl-ml Titrasi sp)x0,1 NxFx8
=1000/2x(3,2-2,2)x0,1x1x8
=500x1x0,1x1x8
=400 mg/L
Pembahasan
Dalam pemeeriksaan COD ini menggunakan 2 tabung reaksi, yang salah satunya diisi aquades dan tabung lainnya diisi 2 ml air sampel.
 Air sampel dan aquades ditambah 3 ml sepucuk sendok kristal HgSO4 warnanya jernih dan ada endapan kuning.
 Air sampel dan aquades ditambah 3 ml HgSO4 pro COD warnanya menjadi jernih ada endapan.
 Air sampel dan aquades ditambah 1,0 ml K2Cr2O7 0,25 N warnanya menjadi kuning tua dan terasa panas.
Setelah semua dicampur merata dan ditutup, kemudian dipanaskan dalam COD reaktor selama 2 jam tetapi dalam praktek waktunya hanya setengah jam.Dinginkan dengan gelas kimia kecil yang diisi air dan tabung reaksi dimasukkan dalam gelas kimia.Selanjutnya larutan diberi 1 tetes indikator ferroin dan dititrasi dengan fero ammonium sulfat warnanya menjadi coklat kemerahan, titrasi dihentikan dan catat ml titrasinya.
Kesimpulan :
 COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk dekomposisi/degradasi zat organic secara kimiawi melalui reaksi oksidasi dengan O2.
 Dari hasil pemeriksaan di atas, diperoleh kadar COD sebanyak 400 mg/L, lebih tinggi dibandingkan dengan baku mutunya yaitu 150 mg/L.

PEMERIKSAAN CLOR DAN DAYA SERGAP CLOR



Dasar teori :
            Metode yang dilakukan dalam pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar klor dalam air yang mendasarkan pemeriksaan nya atas reaksi antara Cl2 dengan orthotoluidin dalam suasana asam kuat membentuk halogonium yang berwarna kuning. Warna kuning ini dibandingkan dengan standar warna dalam kompartor, klor dalam keadaan bebas dalam air hanya membutuhkan waktu kontak dengan orthotoluidin kurang lebih 1 menit, sedangkan Cl2 dalam keadaan terikat membutuhkan waktu sampai 10 menit.
            Penambahan clorin pada air bertujuan untuk menjaga supaya syarat – syarat bakteriologis tterpenuhi atau untuk memperkirakan keadaan fisik, kimia, rasa dan bau air tersebut. Metode pemeriksaan ini sesuai untuk tujuan penentuan jumlah chlorine yang dibutuhkan untuk menghasilkan sisa klor (chlorine residual) yang cukup pada air sumber yang memenuhi persyaratan. Syarat bakteriologis pada umumnya terjamin dengan adanya sedikit kelebihan klorin. Jika larutan dosis clorin atau bahan lain untuk chlorinasi belum distandarisasi, maka hasil tes hanya suatu perkiraan untuk itu, jika diinginkan data – data yang lebih dipercaya hendaklah bahan untuk chlorinasi itu (kaporit) dibakukan atau dicari kadar chlor yang sebenarnya.
Alat dan bahan :
-          tabung reaksi
-          pipet ukur
-          komparator
-          botol
-          tabung ukur
-          air sampel
-          ballpipet
-          orthotoluidin
-          pipet tetes
-          kaporit

Cara kerja :
1.      ambillah dua buah tabung kemudian isilah masing – masing tabung dengan 10 ml air sampel
2.      tambahkan 1 – 2 tetes orthotoluidin pada salah satu tabung reaksi, kemudian masukkan dua tabung tersebut ke dalam komparator.
3.      Bandingkanlah warna tabung dengan status warna dalam komparator dan catat sisa klornya
4.      Untuk pemeriksaan daya sergap klor, sediakan 1 liter air sampel ke dalam botol kemudian tambahkan 1 – 4 ml kaporit 0,2 %
5.      Ambillah 10 ml air sampel dari botol yang kemudian dipindahkan dalam dua tabung reaksi
6.      Tambahkan 1 – 2 tetes orthotoluidin pada salah satu tabung reaksi
7.      Masukkanlah kedua tabung dalam komparator dan bandingkan warna kuning dengan status warna dalam komparator
8.      Catat sisa klornya
9.      Setelah 10 menit, periksa kembali kadar klor dengan cara seperti langkah 5 hingga 8 sampai kadar sisa klor konstan

Hasil pengamatan dan perhitungan :
Sisa klor segera          = 2,0 ppm
Sisa klor 10 menit I     = 0,5 ppm
Sisa klor 10 menit II    = 0,5 ppm

Daya sergap klor        = sisa klor segera – sisa klor konstan
                                    = 2,0 – 0,5
                                    = 1,5 ppm

Pembahasan :
            Pada tahap pertama kami memeriksa sisa klor air sempel yaitu air selokan  dan hasilnya 0 ppm karena tidak ditambahkan kaporit dan memang air selokan tersebut tidak mengandung klor. Kemudian kami menambahkan kaporit sekitar 2,5 ml pada 1 liter air selokan tersebut. Setelah  air sampel ditambahkan ortotoluidin, air berubah warna menjadi kuning. Hal itu menandakan adanya kandungan klor. Pengukuran sisa klor dibantu dengan komparator. Pemeriksaan dilanjutkan setiap 10 menit hingga kadar klor konstan.

Kesimpulan :
Dari pemeriksaan tersebut air sampel mengandung daya sergap klor sebesar 1,5 ppm